Merokok dapat menyebabkan berbagai penyakit dalam tubuh, seperti kanker paru-paru, penyakit kardiovaskuler, risiko terjadinya neoplasma larynx, esophagus, kanker mulut. dan sebagainya (Danusantoso, Halim ; 1995).
Menurut International Agency for Research on Center lebih dari 90% penderita kanker mulut adalah perokok dan merupakan faktor resiko terjadinya kanker pangkal tenggorokan, saluran mulut dan esophagus. Hasil penelitian pada Oral Cancer in England and Wales (Binnie dkk; 1972) menunjukkan jumlah kematian dan kanker mukosa sebesar 60%. (2p 11-12). Merokok sebagai salah satu faktor yang dapat menyebabkan berbagai efek pada rongga mulut, seperti kanker mulut, efek tehadap bakteri pada mulut, kesehatan gigi, lidah, dan gusi. Penelitian yang dilakukan oleh Farida Soctiarto (1992), Keller (1967), melaporkan adanya insiden sebesar 55,8% yang menunjukkan adanya kerusakan yang spesifik pada gigi yang diakibatkan oleh kebiasaan merokok. Mahasiswa saat ini adalah pemimpin di masa datang (students today are leaders tomorrow), sehingga seharusnya mereka menjadi agen perubahan (agent of change), dan agen pembaharuan (agent of innovation).(8,9)
Dalam konteks kesehatan masyarakat, mahasiswa juga harus dapat menjadi salah satu pendorong perubahan dan masyarakat yang beresiko tinggi terkena penyakit akibat merokok menjadi berisiko rendah. Sayangnya prevalensi merokok penduduk Indonesia relatif tinggi. Dari penelitian WHO bahwa di seluruh dunia sekitar sepertiga dari penduduk dewasa dunia yang merokok. Untuk kasus merokok di Indonesia, data dan Depkes menyebutkan bahwa sebanyak 70% penduduk Indonesia merupakan perokok aktif. Penelitian di Jakarta menunjukkan bahwa pada remaja sebesar 64,8% pelajar pria dan 8,8% pelajar wanita di Jakarta sudah merokok.(11,24p93) Heper Manalu (1993), menemukan sebanyak 32,9% pemuda di DKI Jakarta sudah merokok. Chairunnisa (1999), melaporkan perokok terbesar pada usia 15-19 tahun, yakni 53,2%.
Pengamatan peneliti di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta memperlihatkan kondisi yang sangat memprihatinkan yaitu kampus dibiarkan menjadi ajang promosi yang tidak sehat oleh industri tembakau melalui berbagai kegiatan berkedok pertunjukan musik atau olahraga. Tercatat hampir setiap kegiatan mahasiswa tiap tahun selalu disponsori oleh rokok. Komnas PA mencatat ada 1350 kegiatan yang diselenggarakan atau disponsori industri rokok mulai dari kegiatan musik, olak raga, film layar lebar hingga keagamaan. Tak hanya itu, peneliti sering melihat “sales promotion girl” (SPC) dilibatkan dalam memasarkan rokok di kampus. Selain itu, adanya kemudahan dalam mengakses rokok di dalam kampus yang dapat meningkatkan prevaksi mahasiswa yang mcrokok. Melihat prevaknsi pemuda atau mahasisa perokok seperti tersebut di atas, maka kesehatan sumber daya manusia untuk pembangunan akan menurun kualitasnya dan pada gilirannya akan mengganggu jalannya pembangunan itu sendiri. Oleh karena itu upaya penanggulangan melalui pendidikan kesehatan terhadap bahaya merokok agar diaratikan pada sasaran generasi muda.
“Apakah mahasiswa UPN “Veteran” Jakarta seperti mahasiswa Indonesia yang berperilaku sehat?,
Berapa banyakkah yang yang sudah seperti diharapkan dan berapa banyak yang belum
Adakah keterkaitan antara merokok dengan kesehatan gigi dan mulut pada mahasiswa pertanyaan ini yang mendorong peneliti melakukan penelitian atau pengamatan terhadap mahasiswa di kampus UPN “Veteran” Jakarta.