Arti dan Makna Psikologi dalam Pendidikan

Psikologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang jiwa atau ilmu jiwa, sebab kata psikologi berasal dan bahasa Yunani “psyche” yang. berarti jiwa, roch, atau sukma. Sedangkan “logy” atau “logos” berarti ilmu atau pengetahuan.

Jadi psikologi berarti “ilmu tentang jiwa, atau ilmu yang mempelajari jiwa”. Psikologi menurut Woodward dan Marquis (1955:3) adalah studi tentang kegiatan-kegiatan atau tingkah laku individu dalam keseluruhan ruang hidupnya, dan dalam kandungan sampai balita, dan masa kanak-kanak sampai dewasa serta masa tua. Psikologi adalah suatu ilmu yang berusaha menyelidiki semua aspek kehidupan dan tingkah laku manusia, baik yang bersifat jasmaniah maupun rohaniah, baik secara teoritis maupun dengan melihat kegunaannya dalam praktek. Menurut Thonthowi (1993:2) psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku organisme dalam hubungan dengan lingkungannya.
Sedangkan Syaodih Sukmadinata (2003: 18) berpendapat bahwa psikologi adalah “Sebagai suatu studi atau ilmu yang mempelajari kegiatan atau perilaku individu dalarn interaksi dengan lingkungannva”. Organisme dalam psikologi dimaksudkan, bahwa tingkah laku yang dipelajari oleh psikologi pada hakekatnva tidak hanya tingkah laku manusia saja, melainkan juga tingkah laku hewan. Hal yang berkaitan dengan lingkungan (environment) adalah segala faktor yang ada diluar individu yang mempunyai hubungan bermakna bagi tingkah laku itu. Pengertian tingkah laku dalam batasan mi mempunyai arti yang luas, meliputi tingkah laku yang nyata seperti berbicara, membaca, tertawa, melompat, berjalan, dan sebagainya. Kemudian tingkah laku yang tidak nyata seperti berfikir, mengingat, berfantasi, merasakan, menghendaki, dan sebagainya.
Tingkah laku tertutup itu merupakan proses, sebagai proses tidak bisa diamati, proses itu barn dapat diamati setelah berubah atau dimanifestasikan dalam bentuk gejala, kemudian gej ala itu menjadi tingkah laku yang terbuka. Oleh karena itu jika disebut-sebut kata psikologi sebelum masa itu, maka maksudnya adalah sebagai pemikiran tentang jiwa, atau sebagai pengetahuan yang belum berkedudukan sebagai ilmu pengetahuan. Setelah berdiri psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang otonom, timbullah aliran-aliran psikologi dan cabang-cabang psikologi.
Ada beberapa aliran-aliran psikologi itu misalnya strukturalisme, asosiasionisme, fungsionalisme, behaviorisme, psikologi dalam, psikologi personalistik, dan sebagainya. Semua aliran-aliran mi yang mempengaruhi cabang-cabang psikologi, karena aliran itu terutama bergerak dalam bidang pemikiran dan pandangan. Adapun cabang-cabang psikologi misalnya psikologi umum, psikologi perkembangan, psikologi pendidikan, psikologi kepribadian, psikologi industri, psikologi sosial, dan sebagainya. Adanya cabang-cabang psilcologi mi memberi gambaran bahwa ada perbedaan-perbedaan lapangan yang dipelajari. Cakupan psikologi itu cukup luas, meliputi hampir semua aspek kepribadian dan tingkah laku manusia. Sebagian para ahli berpendapat “Psikologi Pendidikan” adalah sub disiplin psikologi, bukan psikologi itu sendiri. Oleh karena itu dapat ditegaskan bahwa, psikologi ialah disiplin ilmu yang membahas prilaku msnusia, baik sebagai individu maupun kelompok dalam hubungannya dengan lingkungan.
Secara harfiah psikologi berarti ilmu jiwa, akan tetapi jiwa itu abstrak, sehingga tidak rnungkin dipelajari secara langsung, karena itu psikologi itu dikatakan sebagai ilmu yang mempelajari perilaku atau kegiatan individu manusia tertentu yang memiliki karakteristik dan keunikan tertentu yang bersifat spesifik atau khas. Psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang otonom barn diakui pada tahun 1886, sebelumnya belum berhak dikatakan sebagai ilmu pengetahuan. Dalarn pandangan Arthur S. Reber (1988) psikologi pendidikan adalah sebuah sub disiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan yang berguna dalam: (1) penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas; (2) pengembangan dan pembaharuan kurikulum; (3) ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan; (4) sosialisasi proses-proses dan interaksi proses-proses tersebut dengan pendayagunaan ranah kognitif, dan (5) penyelenggaraan pendidikan melalui aktivitas keguruan.
Pandangan Arthur S. Reber mi memberi gambaran bahwa fokus psikologi pendidikan adalah penerapan prinsip-prinsip belajar sebagai upaya rnenurnbuhkembangkan ranah kognitif melalui pengembangan kurikulum dalam pembelajaran. Witherington (1978) mendefinisikan psikologi pendidikan “A systematic study of the process and factors involved in the education of human being is called educational psychology”. Psikologi pendidikan ialah suatu studi yang sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia.
Sedangkan Tardif (1987) berpendapat bahwa psikologi pendidikan ialah sebuah bidang studi yang berhubungan dengan penerapan pengetahuan tentang perilaku manusia untuk usaha-usaha kependidikan. Psikologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku-tingkah laku yang terjadi dalam proses pendidikan. Psikologi pendidikan (educational psychology) ialah penyelidikan masalah-masalah psikologis di bidang pendidikan, dan penerapan metode yang telah dimmuskan untuk memecahkan masalah tersebut (James P. Chaplin, 1989:158). Definisi psikologi pendidikan menurut Barlow (1985) adalah “....a body of knowledge grounded in psychological research which provides a repertoire of resources to aid you in functioning more effectively in teaching learning process”. Defenisi mi memberi penjelasan bahwa psikologi pendidikan adalah sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologis yang menyediakan serangkaian sumber-sumber untuk membantu anda melaksanakan tugas sebagai seorang guru dalam proses belajar mengajar secara lebih efektif (Muhibinsyah, 2003:12).
Para ahli psikologi cenderung menganggap psikologi pendidikan sebagai sub disiplin psikologi yang bersifat praktis, bukan teoritis. Psikologi dan pendidikan masing-masing memiliki konsep, teori, dan pendekatan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah belajar peserta didik maupun proses mengajar bagi para guru sebagai profesi kependidikan. Psikologi dalam hubungannya dengan pendidikan, atau kegunaan psikologi dalam pendidikan dimaksudkan untuk menolong keberhasilan para pendidik membimbing para peserta didik dalam belajar. Hal mi sejalan dengan pendapat Wooltolk dan Nicolick psikologi pendidikan ialah studi ilmiah tentang faktor atau aspek individu dalam pendidikan, sehingga pembahasannya berkenaan dengan pendidikan yaitu belajar siswa, proses belajar, proses mengajar, evaluasi hasil belajar untuk mengukur kemajuan belajar, dan kebutuhan-kebutuhan sosial guru dan siswa dalam belajar.
Adapun ruang lingkupnya meliputi: (1) situasi atau tempat yang berhubungan dengan mengajar dan belajar (context of teaching and learning); (2) tahapan-tahapan dalam mengajar dan belajar (process of teaching and learning); dan (3) hasil-hasil yang dicapai oleh proses mengajar dan belajar (outcomes of teaching and learning). Proses disini menurut Muhibinsyah (2003:13) adalah yang berhubungan langsung dengan proses belajar dan proses mengajar yang dilakukan oleh manusia. Jadi, ruang lingkup psikologi pendidikan mi menggambarkan proses belajar dan pembelajaran.
Pengertian tentang psikologi pendidikan akan lebih konkret, apabila dibahas tentang hal-hal apa saja yang dipelajari dalam psikologi pendidikan. Inti isi penyaj ian psikologi pendidikan antara lain meliputi: (1) hereditas; (2) lingkungan fisiologis; (3) pertumbuhan dan perkembangan; (4) sifat dan hakekat kejiwaan manuisa; (5) proses-proses tingkah laku; (6) bakekat dan ruang lingkup belajar; (7) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar; (8) prinsip-prinsip dan teori belajar; (9) pengukuran dan evaluasi hasil belajar; (10) transfer belajar/latihan; (11) teknik-teknik pengukuran dan evaluasi; (12) kesehatan mental; (13) dan lain sebagainya (Soemanto, 1998:8). Dan sejumlah pokok pembahasan psikologi pendidikan tersebut, temyata perihal belajar menjadi fokus pembahasan yang amat penting dalam psikologi pendidikan.
Witherington (1978) menegaskan bahwa psikologi pendidikan bukan hanya sebagai psikologi terapan yang seolah-olah tidak memiliki hak hidup sendiri. Alasan bahwa psikologi pendidikan sebagai science adalah mengacu pada ciri-ciri berikut: (1) susunan prinsip-prinsip dan kebenaran-kebenaran dasar yang tersendiri; (2) faktor-faktor yang bersifat objektif dan dapat diperiksa kebenarannya; dan (3) teknik-teknik khusus yang berguna untuk melakukan penyelidikan dan risetnya sendiri (Muhibinsyah, 2003: 14). Perdebatan apakah psikologi pendidikan bersifat praktis, teoritis, atau praktis teoritis tidaklah penting.
Terlepas dan konsep sebagai ilmu terapan atau ilmu yang berdiri sendiri, tetapi yang penting adalah isi dan kajiannya itu sendiri. Fokus utama kajian psikologi pendidikan adalah interaksi antara pendidik (gum) dengan peserta didik (siswa) untuk meningkatkan kemampuan para peserta. didik, dengan dukungan sarana dan fasilitas tertentu yang berlangsung dalam suatu lingkungan tertentu (Syaodih Sukmadinata, 2003:29). Psikologi pendidikan berusaha untuk mewujudkan tindakan psikologis yang tepat dalam interaksi antar setiap faktor pendidikan. Pengetahuan psikologis tentang anak didik menjadi hal yang sangat penting dalam pendidikan. Karena itu, pengetahuan tentang psikologi pendidikan seharusnya menjadi kebutuhan bagi para pendidik, bahkan bagi tiap orang yang menyadari peranannya sebagai pendidik. Mengenai pengembangan subjek didik dapat dilakukan dengan penerapan psikologi pendidikan. Psikologi tergolong kedalam kelompok ilmu perilaku dan dengan sendirinya mempelajari tingkah laku manusia.
Tindakan manusia beserta apa yang dirasa dan dip ikirkarinya menjadi objek psikologi. Teori belajar, baik yang lama maupun yang modern, mendominasi proses belajar mengajar di sekolah. Teori lama yang perlu diidentifikasi adalah psikologi fakultas dan apersepsi. Sedangkan yang barn adalah asosialisme, stimulus respons, dan kognitif. Psikologi yang diterapkan dalam pendidikan menurut Bernadib (1996:13) pada umumnya atau pendidikan di sekolah pada khususnya disebut psikologi pendidikan.

1. Arti Pentingnya Psikologi Pendidikan
Proses pendidikan adalah mempelajari situasi pendidikan dengan fokus utama interaksi pendidikan, yaitu interaksi antara peserta didik dengan pendidik yang berlangsung dalam lingkungan belajar. Pendidikan selain merupakan prosedur juga merupakan lingkungan yang menjadi tempat terlibatnya individu yang saling berinteraksi. Dalam interaksi antar individu mi baik antara gum dan pam siswa maupun antara siswa dengan siswa lainnya, terjadi proses dan peristiwa psikologis. Syaodih Sukmadinata (2003:31) mengatakan bahwa seluruh kegiatan interaksi pendidikan diciptakan bagi kepentingan siswa, yaitu membantu pengembangan sernua potensi dan kecakapan yang dimilikinya setinggi-tingginya. Sehubungan dengan hal itu, maka hal-hal yang berkenaan dengan perkembangan, potensi dan kecakapan, dinamika perilaku serta kegiatan siswa terutana perilaku belajar menjadi kajian. utama dan penting bagi psikologi pendidikan.
Psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang berupaya memahami keadaan dan perilaku manusia, termasuk para siswa yang sath sama lainnya berbeda, pengetahuan mengenai psikologi mi amat penting bagi para guru pada semua jenjang satuan pendidikan. Para ahli psikologi dan pendidikan pada umumnya berkevakinan bahwa dua orang anak (yang kembar sekalipun) tak pernah memiliki respons yang sama persis terhadap situasi belajar mengajar di kelas. Keduanya sangat mungkin berbeda dalarn hal pernbawaan, kematangan jasmani, inteligensi, dan keterampilan motorik. Anak-anak itu seperti juga anak lainnya, relatif berbeda dalam kepribadian sebagaimana yang tampak dalam penampilan dan cara berpikir atau memecahkan masalah mereka masingmasing. Dimanapun proses pendidikan berlangsung, alasan utama kehadiran guru adalah untuk membantu siswa agar dapat belajar sebaik-baiknya.
Oleh karena itu adalah hal yang mendasar bagi guru untuk mengetahui dan memaharni sepenuhnya karakteristik dan sifat-sifat para siswanya secara psikologis. Dengan memahamnya secara psikologis, guru akan dapat memahami proses dan tahapan-tahapan belajar yang terjadi bagi para siswanya. Pengetahuan mengenai psikologi pendidikan bagi para guru berperan penting dalam menyelenggarakan pendidikan di sekolah-sekolah. Pengetahuan yang bersifat psikologis mengenai peserta didik dalam proses belajar dan proses belajar mengajar sesungguhnya tidak hanya diperlukan calon guru atau guru yang sedang bertugas di lembaga pendidikan dasar dan menengah, melainkan juga para dosen di perguruan tinggi (Muhibinsyah, 2003:16). Pekerjaan guru adalah lebih bersifat psikologis daripada pekerjaan seorang dokter, insinyur, atau ahli hukum. Untuk itu guru hendaknya mengenal anak didik serta menyelami kehidupan kejiwaan anak didik disepanjang waktu. Guru menurut Soemanto (1998:7) hendaknya tidak jemu dengan pekerjaannya, meskipun ia tidak dapat menentukan atau meramalkan secara tegas tentang bentuk manusia yang bagaimanakah yang akan dihasilkannya kelak di kemudian had. Hal ini menjadi kenyataan bahwa guru tak pemah mengetahui hasil akhir dan pekerjaannya.
2. Tujuan dan Kegunaan Mempelajari Psikologi Pendidikan
Ada dua tujuan utama dad studi tentang psikologi pendidikan menurut Syaodih Sukmadinata (2003:22) yaitu: (1) agar seorang rnempunyai pemaharnan yang Iebih baik tentang individu, baik dirinya sendiri maupun orang lain; dan (2) dengan hasil pemahaman tersebut seseorang diharapkan dapat bertindak ataupun memberikan perlakuan yang lebih bijaksana. Sernentara itu Chaplin (1972) menitikberatkan manfaat atau kegunaan mempelajari psikologi pendidikan untuk memecahkan rnasalah-masalah yang terdapat dalarn dunia pendidikan dngan cara rnenggunakan metode-metode yang telah disusun secara rapi dan sisternatis. Kemudian Lindgren berpendapat bahwa manfaat mempelajari psikologi pendidikan ialah untuk membantu para guru dan calon guru dalam mengembangkan pemaharnan yang lebih baik rnengenai pendidikan dan prosesnya. Pemecahan berbagai masalah pendidikan tidak perlu dibedakan apakah masalah-masalah psikologis itu dan pihak guru, siswa, atau situasi belajar mengajar yang dihadapi guru dan siswa dalam pembelajaran.
Secara urnum manfaat dan kegunaan psikologi pendidikan menurut pendapat Muhibinsyah (2003: 18) bahwa psikologi pendidikan merupakan alat bantu yang penting bagi penyelenggara pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Psikologi pendidikan dapat dijadikan landasan berpikir dan bertindak bagi guru, konselor, dan juga tenaga profesional kependidikan laiannya dalam mengelola proses belajar dan mengajar. Sedangkan proses pembelajaran tersebut adalah unsur utama dalam pelaksanaan setiap sistem pendidikan. Manfaat dan kegunaan psikologi pendidikan juga membantu untuk memahami karakteristik peserta didik apakah termasuk anak yang lambat belajar atau yang cepat belajar, dengan mengetahui karakteristik mi guru dapat mendesain pendekatan belajar untuk anak didik yang berbeda-beda tersebut, sehingga pembelajaran dapat dilaksanakan secara optimal untuk seluruh karakteristik anak didik.
3. Kekuatan Kekuatan Umum Jiwa Manusia
Hakekat kejiwaan manusia terwujud dengan adanya kekuatan-kekuatan serta aktivitas-aktivitas kejiwaan dalam din manusia, yang semua itu menghasilkan tingkah laku yang lebih sempuma daripada makhluk-makhluk lain. Kekuatan-kekuatan umum jiwa manusia telah dibahas para tokoh ilmu jiwa dan pendidikan (Soemanto, 1998:12). Berdasarkan observasi dan penyelidikan yang dilakukan oleh Plato (428-348 SM) mengungkapkan bahwa jiwa manusia terdiri atas tiga kekuatan yaitu: (1) akal sebagai kekuatan terpenting dan jiwa manusia, akal adalah bagian jiwa manusia yang merupakan kekuatan untuk menemukan kebenaran dan kesalahan. Dengan akal, manusia dapat mengarahkan seluruh aktivitas jasmani dan kejiwaannya, sehingga manusia mampu memperoleh kehidupan yang lebih sejahtera; (2) spirit sebagai kekuatan penggerak kehidupan pribadi manusia. Spirit adalah kekuatan untuk menjalankan gagasan-gagasan yang telah diputuskan oleh akal rnelalui pemilihan berbagai alternatif gagasan; dan (3) nafsu sebagai stimuli gerakan fisik dan kejiwaan dan merupakan kekuatan paling konkret dalam din manusia.
Nafsu mi terbentuk dan segenap keinginan dan selera yang sangat erat berhubungan dengan fungsi-fungsi jasmaniah. Plato membedakan antara keinginan-keinginan yang berguna dan konstruktif dengan keinginan-keinginan yang tidak berguna dan memgikan.
John Locke (1632-1704) menekankan pembahasan tentang akal sebagai gudang dan pengembang ilmu pengetahuan, karena akal merupakan kekuatan vital untuk mengembangkan dir Akal mempunyai kekuatan-kekuatan serta materiil untuk melatih kekuatan-kekuatan itu, ada dua kekuatan akal manusia yaitu: (1) kekuatan berpikir yang disebut pengertian, segala peristiwa yang terjadi dalam akal dapat dikenal dan dikehendaki oleh manusia. Pengertian terjadi dan proses aktivitas pengamatan yang mencakup kegiatan mengindera, mengenal, menalar, dan meyakini. Mengamati berarti menerima impresiimpresi dan dalam dan dan luar din, dengan kata lam mengamati berarti memasukkan ide-ide dan konsep-konsep kedalam kesadaran dengan menggunakan berbagai macam cara. Peugamatan hanyalah kapasitas awal dan intelek manusia, pengertian memerlukan keterlibatan dan enam kekuatan mental manusia yang meliputi mengamati atau pengamatan, mengingat atau ingatan, imajinasi, kombinasi aktivitas psikis, abstnaksi atau pikiran, dan pemakaian tanda atau simbolisasi; dan (2) kekuatan kehendak yang disebut kemauan, manusia sering mengimajinasikan sesuatu tmdakan yang berhubungan dengan suatu pilihan diantara berbagai alternatif. Tindakan memilih mi disebut sebagai istilah “volition” dapat terjadi apabila kita menggerakkan kekuatan kehendak atau kemauan.
Jadi kemauan adalah kekuatan untuk memilih, bukan keinginan. Keinginan adalah ide reflektif yang melibatkan sesuatu keadaan dimasa mendatang, sedangkan kemauan adalah kekuatan untuk memilih sesuatu keadaan atau tindakan dimasa sekarang. Meskipun kemauan tidak sama dengan keinginan, namun keduanya berhubungan erat. Kekuatan kejiwaan manusia menumt Jean Jacques Rousseau (1712-1778) ada lima yang terdiri dan lima kekuatan jiwa manusia yaitu: (1) penginderaan terjadi apabila objek-objek ekstemal berinteraksi dengan organ-organ indera; (2) perasaan sangat erat hubungannya dengan penginderaan; (3) keinginan sangat erat kaitannya dengan perasaan senang atau tidak senang, cocok atau tidak cocok, dan setuju atau tidak setuju; (4) kemauan sangat erat hubungannya dengan keinginan; dan (5) akal sebagai kekuatan penemu ide umum maupun kebenaran sesuatu ide, memiliki dua kapasitas yaitu Pertama kapasitas penalaran indera yang disebut “common sense”, penalaran indera memberikan ide tertentu tentang benda tertentu di alam sekitar. Kedua, kapasitas penalaran intelektual, bila kita dengan akal sehat menyimpulkan ide tentang sesuatu benda, maka terhadap setiap benda yang sejenis dapat dimasukkan kedalam ide umum itu.
Menurut (Soemanto, 1998:17) pengetahuan tentang kekuatan-kekuatan kejiwaan mi sangat perlu untuk dipelajari oleh para gum atau pendidik demi kelancaran memberi pelayanan yang sesuai dengan sifat umum jiwa anak didik. Pengetahuan mi juga sangat bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya pentmg dalam rangka memotivasi tingkah laku belfIjar anak didik di dalam proses belajar mengajar.

Selamat Datang Di ZONA TEKNIK.. ! Semoga Web ini Dapat Bermanfaat.. ZONA TEKNIK ..Bersama Memberikan Kemudahan.. Terima Kasih Atas Kunjungannya... Salam Sukses...