Pendidikan secara kultural pada umumnya berada dalam lingkup peran, fungsi dan tujuan yang tidak berbeda. Semuanya hidup dalam upaya yang yang bermaksud mengangkat dan menegakkan martabat manusia melalui tranmisi yang dimilikinya, terutama bentuk transfer of knowledge dan transfer of values.
Antara ilmu pengetahuan dan pendidikan islam tidak dapat dipisahkan, karena perkembangan masyarakat islam, serta tuntutannya dalam membangun manusia seutuhnya(jasmani dan rohani) sangat ditentukan oleh kulaitas dan kuantitas ilmu pengetahuan yang dicerna melalui proses pendidikan. Proses pendidikan tidak hanya menggali dan mengembangkan sains, tetapi juga, dan lebih penting lagi yaitu dapat menemukan konsepsi baru ilmu pengetahuan yag utuh, sehingga dapat membangun masyarakat islam sesuai dengan keinginan dan kebutuhan yang diperlukan.
Ilmu pengetahuan yang dikembangkan dalam pendidikan haruslah berorientasi pada nilai-nilai islami, yaitu imu pengetahuan yang bertolak dari metode ilmiah dan metode profetik yang bertujuan menemukan dan mengukur paradigma dan premis intelektual yang berorientasi pada nilai dan kebaktian dirinya pada pembaharuan dan pembangunan masyarakat, juga berpijak pada kebenaran yang merupakan sumber dari segala sumber sedangkan pendidikan islam tidak menghendaki terjadinya dikotomi keilmuan, sebab dengan adanya system disekularitas, rasionalistis-empiris, intuitif dan materialistis. Keadaan yang deemikian tidak mendukung tata kehidupan umat yang mampu melahirkan peradapan islam. Dan memang didalam islam tidak mengenal adanya pemilahan dan perbedaan bahkan pemisahan antara ilmu pengetahuan yang bersifat umum dengan ilmu-ilmu agama.
Dalam konteks ini secara jelas juga menjadi sasaran jangkauan pendidikan islam, karena bagaimanapun pendidikan islam merupakan bagian dari system pendidikan nasional, sekalipun dalam kehidupan bangsa. Sebagai pendidikan yang berlabel agama, maka pendidikan islam memiliki tranmisi spiritual yang lebih nyata dalam proses pengajarannya dibandingkan dengan pendidikan umum, sekalipun lembaga ini juga memiliki muatan serupa. Kejelasannya terletak pada keinginan pendidikan islam untuk mengembangkan keseluruhan aspek dari diri anak diintelektual, imajinasi dan keilmiahan, kultural serta kepribadian. Karena itulah pendidikan islam memiliki beban yang multi paradigma, sebab berusaha mamdukan unsur profane dan imanen, di mana dedngan pemanduan ini akan membuka kemungkinan terwujudnya tujuan inti pendidikan islam yaitu melahirkan manusia-manusia yang beriman dan berimu pengetahuan, yang satu sama lainnya saling menunjang.
Kemanjuan ilmu pengetahuan tiga dasawarsa ini telah menampakkan pengaruhnya pada setiap dan semua kehidupan individu, masyarakat dan Negara. Dapat dikatakan bahwa tidak ada orang yang dapat mengelakan dirinya dari pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan. Bukan saja dirasakan oleh individu, akan tetapi dirasakan pula oleh masyarakat, bangsa dan Negara. Sementara itu pendidikan islam yang tugas pokoknya menelaah dan menganalisa serta mengambangkan pemikiran, informasi dan fakta-fakta kependidikan yang sama sebangun dedngan nilai-nilai ajaran islam dituntut harus mampu mengetengahkan perencanaan program-program dan aktivitas-aktivitas operasional kependidikan, terutama yang berkaitan dengan pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan.
Strategi pendidikan islam dalam menghadapi tantangan modernisasi berkata kemajuan ilmu pengetahuan mencakup ruang lingkup seperti motivasi kreativitas anak, mendidik keterampilan, menciptkan jalinan yang kuat antara ajaran agama dan ilmu pengetahuan, dan menanamkan sikap dan wawasan yang luas terhadap kehidupan masa dedpan umat manusia. Jadi kesanalah pendidikanislam seharusnya diarahkan, agar pendidikan islam tidak terhanyut terbawa arus moderenisasi dan kemajuan ilmu pengetahuan.