PERILAKU KELUARGA TERHADAP USAHA PENCEGAHAN

DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegepty. Pencegahan penyakit DBD adalah usaha yang dilakukan keluarga dalam pencegahan penyakit DBD yaitu dengan melakukan 3M+1T. Untuk dapat melakukan pencegahan penyakit DBD salah satu faktor yang mempengaruhi adalah perilaku keluarga.

Penelitian mi dilakukan di desa suka Makmur Kecamatan Delitua., yang bertujuan untuk mengetahui perilaku keluarga terhadap usaha pencegahan penyakit DBD di lingkungan rumah di Desa Suka Makmur Kecamatan Delitua dengan desain deskriptif. Iumlah sampel sebanyak 192 orang, dalam pengambilan sampel menggunakan tóhnik simple random sampling. Data yang telah terkumpul dianalisa, kemudian hasil analisa data disajikan dalam tabel distribusi frekwensi dan persentase. Hash penelitian mi menunjukkan tingkat perilaku responden terhadap usaha pencegahan penyakit DBD mayoritas baik (77,1%), kategori sedang (21,9%), dan buruk (1,0%).
Dari hasil penelitian mi diharapkan pada masyarakat agar tetap mempertahankan perilaku hidup sehat dalam usaha pencegahan penyakit DBD, dan pihak Puskesmas untuk dapat menjalin kerja sama dengan masyarakat dalam hal meningkatkan derajat kesehatan di lingkungan tersebut.
DBD (Demam Berdarah Dengue) adalah penyakit infeksi virus yang dibawa melalui gigitan nyamuk aedes aegepty. Biasanya ditandai dengan demam yang bersifat bifasik selama 2-7 han, ptechia dan adanya manisfestasi perdarahan. Penyakit DBD sampai saat mi masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia (lJtama, 2007).
Penyakit DBD mi belum ditemukan vaksinnya, sehingga tindakan yang paling efektif untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk mi adalah dengan meningkatkan kebersihan lingkungan kita dengan cara 3M, yaitu menguras tempat penampungan air dengan menyikat bagian dalam dan harus dikuras paling sedikit seminggu sekali, menutup rapatrapat tempat penampungan air dan menimbun dalam tanah barang-barang bekas atau sampah yang dapat menampung air hujan (Hadinegoro,1999).
Selain itu, pemenintah melalui puskesmas membenikan bantuan berupa pengasapan sarang nyamuk (fogging) dan memberikan bubuk abate untuk membunuh jentik nyamuk bagi daerah yang memiliki penderita DBD (Depkes, 2004). Penyakit DBD mudah berkembang oleh karena: antar rumah jaraknya berdekatan, yang memungkinkan penularan karenajarak terbang aedes aegypti 40-100 meter. Aedes aegypti betina mempunyai kebiasaan menggigit berulang (multiple biters), yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat (Hendarwanto, 1996).
Kasus DHF cendrung meningkat pada musim hujan, kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: perubahan musim mempengaruhi frekuensi gigitan nyamuk; karena pengaruh musim hujan, puncak jumlah gigitan tenjadi path pagi dan sore ban, perubahan musim mempengaruhi manusia sendiri dalam sikapnya, misalnya dengan lebih banyak berdiam di rumah selama musim hujan (Hendarwanto, 1996).
Jumlah pendenita dan luas daerah penyebarannya semakin bertambah dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Di Indonesia, jumlah penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) dan 1 Januani —10 Agustus 2005 di seluruh Indonesia mencapai 3 8.635 orang, sebanyak 539 penderita diantaranya meninggal dunia (Utama, 2007). Di Sumatera Utara korban demam berdanah dan awal Bulan November hingga Desember 2004 sudah mencapai 352 orang. Sampai saat mi, total korban yang meninggal dunia sebanyak 17 orang, 14 orang warga kota Medan dan 3 orang warga Kabupaten Deli Serdang (Batubara, 2004). Data dan Puskesmas Delitua diperoleh jumlah penderita DBD mulai dan Bulan Januani sampai Desember 2005 sebanyak 32 orang danjumlah terbanyak di Desa Suka Makmur yaitu sebanyak 7 orang.
Penyebaran penyakit DBD terkait dengan penilaku masyarakat yang sangat erat hubungannya dengan kebiasaan hidup bersih dan kesadaran keluarga terhadap bahaya DBD (Satan, 2004).Tingginya angka kesakitan penyakit mi sebenarnya oleh karena perilaku kita sendiri. Faktor lainnya yalta masih kunangnya pengetahuan, sikap, dan tindakan keluarga untuk menjaga kebersiban lingkungan. Lingkungan yang cocok untuk tempat perkembang biakan dan nyamuk aedes aegepty adalah ditempat-tempat penampungan air bersih dan tenang seperti drum, tempayan, bak mandi, WC, ember, vas bunga, dan kateng-kaleng bekas yang dapat menampung air hujan, juga baju yang bergantungan (Yatim, 2001).
Berdasarkan uraian diatas, peneliti masih perlu untuk melakukan penelitian mengenai perilaku keluarga terhadap usaha pencegahan DBD di lingkungan rumah di Desa Suka Makmur Kecamatan Delitua.

Selamat Datang Di ZONA TEKNIK.. ! Semoga Web ini Dapat Bermanfaat.. ZONA TEKNIK ..Bersama Memberikan Kemudahan.. Terima Kasih Atas Kunjungannya... Salam Sukses...