Proses terjadinya kelelahan

Kelelahan akibat kerja sering kali diartikan sebagai proses menurunnya efisiensi, performance kerja dan berkurangnya kekurangan/ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan oleh faktor-faktor yang berbeda-beda seperti :
a. Lelah otot.
Dalam hal ini output dilihat dalam bentuk muculnya gejala kesakitan yang amat sangat ketika otot harus menerima beban yang berlebihan.
b. Lelah visual
Yaitu lelah yang diakibatkan ketegangan yang terjadi pada organ visual (mata). Mata yang berkonsentrasi terus menerus pada objek (layar monitor) akan terasa lelah. Cahaya yang terlalu kuat mengenai mata juga akan bisa menimbulkan gejala yang sama.
c. Lelah monotonis.
Jenis kelelahan yang disebabkan oleh aktivitas kerja yang bersifat ritual, monoton ataupun lingkungan kerja yang menjemukan.
d. Lelah mental (psikologis).
Dalam kasus ini datangnya kelelahan beban yang diakibatkan secara langsung oleh aktivitas fisik melainkan beban kerja mental seperti lelah otak.
Dari sekian banyak kelelahan seperti yang telah diuraikan diatas. Maka timbulnya rasa lelah dalam diri manusia merupakan proses terakumulasi dari berbagai faktor penyebab dan mendatangkan keregangan yang dialami oleh tubuh manusia. Untuk menghindari akumulasi yang berlebihan, diperlukan adanya keseimbangan antara masukan datangya kelelahan tersebut. Proses pemulihan dapat dilakukan dengan cara antara lain, memberi waktu istirahat yang yang rendahnya tingkat ketegangan kerja. Kelelahan yang disebabkan oleh sejumlah faktor yang berhubungan secara terus menerus dan terakumulasi akan menyebabkan lebih kronis yang dicirikan seperti :
a. Munculnya sikap apatis terhadap pekerjaan.
b. Depresi yang berat.
c. Meningkatnya emosi dan rasa jengkel sehingga orang menjadi kurang toleran atau asosial terhadap orang lain.
Secara pasti datangnya kelelahan yang menimpa diri seorang pekerja akan sulit untuk didefinisikan secara jelas. Mengukur tingkatan kelelahan seseorang bukanlah pekerjaan yang mudah, prestasi maupun performance kerja bisa ditunjukkan dengan output kerja merupakan tolak ukur yang sering dipakai untuk mengevaluasi tingkatan kelelahan. Selain kuantitas, output persatuan waktu, maka pengukuran terhadap kualitas output ataupun jumlah pokok produk, maka pengukuran terhadap kualitas output ataupun jumlah produk pokok cacat yang dihasilkan dan frekuensi kecelakaan yang menimpa pekerjaan sering kali juga dipakai sebagai cara untuk mengkolerasikan dengan intensitas kelelahan yang terjadi. Meskipun demikian yang perlu diperhatikan bahwa perubahan performance kerja kuantitas ataupun kualitas output kerja ternyata tidaklah semata-mata disebabkan oleh faktor kelelahan kerja.


Selamat Datang Di ZONA TEKNIK.. ! Semoga Web ini Dapat Bermanfaat.. ZONA TEKNIK ..Bersama Memberikan Kemudahan.. Terima Kasih Atas Kunjungannya... Salam Sukses...