Hubungan Antara Tingkat Kecerdasan degan Emosional Anak

Istilah kecerdasan emosional baru dikenal secara luas pada pertengahan tahun 90-an dengan diterbitkannya buku Daniel goleman (2002) kemampuan untuk mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.

Kecerdasan emosional mencakup kemampuan-kemampuan yang berbeda, tetapi saling melengkapi dengan kecerdasan akademik atau Academik Intelligence, yaitu : kemampuan –kemampuan kognitif yang diukur dengan IQ. Meskipun IQ tinggi, tetapi bila kecerdasan emosionalnya rendah, tidak banyak membantu. Cooper (1998) banyak orang cerdas dalam arti terpelajar, tetapi tidak mempunyai kecerdasan emosional yang tinggi. Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk merasakan, memahami secara efektif penerapan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan informasi koneksi dan pengaruh manusiawi.
Menurut Goleman (1999) orang yang ber IQ tinggi mempunyai keyakinan intelektual yang tinggi, lancar mengungkapkan gagasan, menghargai masalah-masalah intelektual, mempunyai minat intelektual dan estetika yang amat luas. Juga cendrung mawas diri, mudah cemas, gelisah, merasa bersalah dan ragu-ragu.
Pubertas merupakan fase dimana nilai-nilai hidup baru mulai dicobakan oleh anak. Pada usia puber ini mulai muncul sifat-sifat khas wanita dank has pria. Masa pubertas ini merupakan saat melakukan rekonstruksi. Dengan timbulnya masa ini, timbul pula kesanggupan menilai kembali tingkah laku yang dianggap tidak bermanfaat lagi untuk digantikan dengan aktifitas yang lebih bernilai.
Masa pubertas ini merupakan periode masa penuh badai tofan dan gelora nafsu. Merupakan waktu untuk terus menerus mencari dan menemukan; dipenuhi unsure keputus asaan dan puncak kebahagiaan juga merupakan periode perjuangan untuk menjadi aku yang berdiri sendiri. Anak sering dicekam kepedihan hati, karena ia tidak memahami keadaan : hatinya tengah mengalami pertentangan-pertentangan yang paling memuncak dalam kehidupan. Masa penemuan diri anak puber didahului oleh perasaan-perasaan yang polymorph ( banyak bentuk ragam), diselingi merasa gelisah-gelisah, cemas, mudah kecewa, putus asa, memberontak, terlalu mendahulukanakunya (ego).
Mapiare (1985) mengatakan sikap pubertas yang paling menonjol antara lain adalah sikap tidak tenang dan tidak menentu yang dipengaruhi oleh emosi yang meningkat yang disebabkan perkembangan hormone dan kelenjar pada diri anak. Anak dalam masa pubertas memiliki kemauan dan harapan yang membumbung sehingga dapat melakukan apa saja agar harapahnya tercapai.
Menurut Morgan yang dikutip dari buku Singgih (1996) mengelompokkan emosi menjadi empat aspek, yaitu :
5. Emosi adalah sesuatu yang sangat erat hubungannya dengan kondisi tubuh.
6. Emosi merupakan sesuatu yang kita lakukan atau digambarkan.
7. Emosi merupakan sesuatu yang dirasakan.
8. Emosi juga merupakan suatu motif yaitu merupakan sesuatu yang dapat mendororng seseorang untuk melakukan suatu tindakan.
Segala (2001) pada waktu kita mulai dapat membedakan emosi yang kita alami, satu dari yang lain dan makin cakap menyebut emosi-emosi itu juga mulai bertanya-tanya apa sebabnya kita merasa sedih atau marah dan apakah yang dapat kita perbuat terhadap perasaan-perasaan yang melanda kita.
Kemampuan untuk memikirkan emosi kita juga membantu meningkatkan kemampuan untuk menguasainya. Kita masih merasakan emosi-emosi itu, akan tetapi kita sudah mempunyai bermacam pilihan untuk menanganinya. Kita mengerti dengan lebih baik apa yang menyebabkan emosi tadi dapat memutuskan apakah kita ini mengungkapkan emosi itu seperti menangis dan tertawa.

Selamat Datang Di ZONA TEKNIK.. ! Semoga Web ini Dapat Bermanfaat.. ZONA TEKNIK ..Bersama Memberikan Kemudahan.. Terima Kasih Atas Kunjungannya... Salam Sukses...