Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Dan proses menua merupakan proses yang terus-menerus (berlanjut) secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup (Wahjudi, 2000).
1. Batasan-batasan Lansia
2. Menurut WHO, lanjut usia meliputi:
a. Usia pertengahan (middle age), adalah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
b. Lanjut usia (elderly) antara 60 sampai 74 tahun.
c. Lanjut usia tua (old) antara 75 dan 90 tahun.
d. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.
Sedangkan menurut Dra. Ny. Jos Masdani (Psikolog UI) lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi 4 bagian:
a. fase iuventus, yaitu antara 25 dan 40 tahun.
b. fase verilitas, yaitu antara 40 sampai 50 tahun.
c. fase prasenium, yaitu antara 55 sampai 65 tahun.
d. fase senium, yaitu antara 65 sampai tutup usia.
3. Teori-teori Proses Menua
a. Teori genetik dan mutasi. Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul/ DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. ”pemakaian dan rusak”. Kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah (terpakai).
b. Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh, yang disebut teori akumulasi dari produk sisa. Sebagai contoh adanya pigmen lipofuchine di sel otot jantung dan sel susunan syaraf pusat pada orang lanjut usia yang mengakibatkan gangguan pada fungsi sel itu sendiri.
c. Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.
d. Tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit, dan kekurangan gizi.
e. Reaksi dari kekebalan sendiri. Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat akan diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. Sebagai contoh adalah tambahan kelenjar timus yang pada usia dewasa berinvolusi dan sejak itu terjadilah kelainan autoimu.
f. Teori “immunologi slow virus”. Sistem immun menjadi efektif dengan betambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
g. Teori stress. Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
h. Teori radikal bebas. Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
i. Teori rantai silang. Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastisitas, kekacauan dan hilangnya fungsi
j. Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Lansia.
4. Perubahan Fisik.
1. Sel
a. Lebih sedikit jumlahnya
b. Lebih besar ukurannya
c. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler.
d. Menurunnnya menurunnya proporsi di otak, otot, ginjal, darah, dan hati.
e. Jumlah sel otak menurun.
2. Sistem Persyarafan.
a. Berat otak menurun 10-20%. (pada setiap orang berkurang sel syaraf otaknya setiap hari).
b. Cepatnya menurun hubungan persyarafan.
c. Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stress.
d. Mengecilnya syaraf panca indera.
e. Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf pencium dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
f. Kurang sensitif terhadap sentuhan.
3. Sistem Pendengaran.
a. Presbiakusis (gangguan pada pendengaran). Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia di atas umur 65 tahun.
b. Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.
c. Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya keratin.
d. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa/stress.
4. Sistem Penglihatan.
a. Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
b. Kornea lebih berbentuk sferis (bola)
c. Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, jelas menyebabkan gangguan penglihatan.
d. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelap.
e. Hilangnya daya akomodasi.
f. Menurunnya lapangan pandang : berkurang luas pandangannya.
g. Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala.
5. Sistem Kardiovaskuler.
a. Elastisitas dinding aorta menurun.
b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenisasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bias menyebabakan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing mendadak).
e. Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistansi dari pembuluh darah perifer, sistolik normal kurang lebih 170 mmHg dan diastolic normal kurang lebih 90 mmHg.
6. Sistem pengaturan temperatur tubuh.
a. Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu thermostat, yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi karena beberapa faktor yang mempengaruhi. Yang sering ditemui, antara lain:
b. Temperature tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologik + 35 oC ini akibat metabolisme yang menurun.
c. Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.
7. Sistem Respirasi
a. Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
b. Menurunnya aktivitas dari silia.
c. Paru- paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun.
d. Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.
e. O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg.
f. CO2 pada arteri tidak berganti.
g. Kemampuan untuk batuk berkurang.
h. Kemampuan pegas, dinding, dada dan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan pertambahan usia.
8. Sistem Gastrointestinal.
a. Kehilangan gigi, penyebab utama adanya Periodontal disease yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.
b. Indera pengecap menurun, adanya iritasi yang kronis dari selaput lender, atropi indera pengecap (+80%), hilangnya sensitifitas dari syaraf pengecap di lidah terutama rasa manis dan asin, hilangnya sensitifitas dari syaraf pengecap.
c. Esophagus melebar.
d. Lambung; rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), asam lambung menurun, waktu pengosongan menurun.
e. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
f. Fungsi absorbsi melemah (daya absorbsi terganggu).
g. Liver (hati); makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah.
9. Sistem reproduksi.
a. Atropi payudara.
b. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.
c. Dorongan seksual menetap sampai usia di atas 70 tahun (dengan kondisi kesehatan baik), yaitu: Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia, hubungan seksual secara teratur membantu mempertahankan kemampuan seksual dan tidak perlu cemas karena merupakan perubahan alami.
d. Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya menjadi alkali, dan terjadi perubahan-perubahan warna.
10. Sistem Genitourinaria.
a. Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh, melalui urine darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh satuan(unit) terkecil dari ginjal yang disebut nefron(tepatnya di glomerulus). Kemudian mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%, fungsi tubulus berkurang akibatnya berkurangnya kemampuan mengkonsentrasikan urin.b. Vesika urinaria (kandung kemih). Otot mejadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi urine meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi urine.
b. Pembesaran prostate +75% dialami oleh pria usia di atas 65 tahun.
c. Atropi vulva.
d. Vagina orang-orang yang makin menua sexual intercourse masih juga membutuhkannya; tidak ada batasan umur tertentu fungsi seksual seseorang berhenti; frekuensi seksual intercourse cenderung menurun secara bertahap setiap tahun tetapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus sampai tua.
11. Sistem Endokrin
a. Produksi dari hampir semua hormon menurun.
b. Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.
c. Menurunnya aktivitas tiroid, menurunnya BMR (basal Metabolic Rate), dan menurunnya daya pertukaran gas.
d. Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya progesterone, estrogen dan testosteron.
12. Sistem integumen.
Pada lansia kulit akan mengeriput akibat kehilangan jaringan lemak, dan permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses keratinisasi serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis. Mekanisme proteksi kulit menurun, ditandai dengan produksi serum menurun dan gangguan pigmentasi kulit. Kulit kepala dan rambut pada lansia akan menipis berwarna kelabu, rambut dalam hidung dan telinga menebal. Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan vaskularisasi. Pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh serta kuku menjadi pudar dan tidak bercahaya.
13. Sistem Muskuluskeletal.
Pada lansia tulang akan kehilangan density (cairan) dan makin rapuh, terjadi kifosis, pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas, discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tinggi menjadi berkurang), persendian membesar dan menjadi kaku, tendon mengerut dan mengalami skelerosis. Terjadi atropi serabut otot (otot-otot serabut mengecil) sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot kram dan menjadi tremor (Wahjudi, 2000).
5. Perubahan Psikologik
Masalah psikologik yang dialami oleh golongan lansia ini pertama kali mengenai sikap mereka sendiri terhadap proses menua yang mereka hadapi, antara lain kemunduran badaniah atau dalam kebingungan untuk memikirkannya. Stereotif psikologik lansia biasanya sesuai dengan pembawaannya pada waktu muda. Beberapa sifat stereotif yang dikenal adalah sebagai berikut:
Tipe konstruktif. Orang ini mempunyai integritas baik, dapat menikmati hidupnya, mempunyai toleransi tinggi, humoristic, fleksibel (luwes) dan tahu diri. Biasanya sifat-sifat ini dibawanya sejak muda. Mereka dapat menerima fakta-fakta proses menua, mengalami masa pension dengan tenang, juga dalam menghadapi masa akhir.
Tipe ketergantungan. Lansia ini masih dapat diterima di tengah masyarakat, tetapi selalu pasif, tidak berambisi, masih tahu diri, tidak mempunyai inisiatif dan bertindak tidak praktis. Biasanya orang ini dikuasai istrinya. Ia senang mengalami pension, malahan biasanya banyak makan dan minum, tidak suka bekerja dan senang untuk berlibur.
Tipe defensive. Orang ini biasanya dulunya mempunyai pekerjaan/ jabatan tidak stabil, bersifat selalu menolak bantuan, seringkali emosinya tidak dapat dikontrol, memgang teguh pada kebiasaanya, bersifat konfulsif aktif.
Tipe bermusuhan. Mereka menganggap orang lain yang menyebabkan kegagalannya, selalu mengeluh, bersifat agresif dan curiga. Biasanya pekerjaan waktu dulunya tidak stabil. Menjadi tua dianggapnya tidak ada hal-hal yang baik, takut mati, iri hati pada orang yang muda.
Tipe membenci/ menyalahkan diri sendiri. Orang ini bersifat kritis dan menyalahkan diri sendiri, tidak mempunyai ambisi, mengalami penurunan kondisi sosio-ekonomi. Namun dapat menerima fakta pada proses menua, tidak iri hati pada yang berusia muda, merasa sudah cukup mempunyai apa yang ada (Boedhi, 2006).
Secara ekonomis, penduduk lansia dapat diklasifikasikan atas tingkat ketergantungan atau kemandirian mereka. Dalam kaitan ini penduduk lansia dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu (i) kelompok lansia yang sudah uzur, pikun (senile) yaitu mereka yang sudah tidak mampu lagi untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka; (ii) kelompok lansia yang produktif, yaitu mereka yang mampu memenuhi kebutuhan mereka sendiri dan tidak tergantung pada pihak lain; (iii) kelompok lansia yang miskin (destitute), yaitu termasuk mereka yang secara relatif tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, seperti pekerjaan atau pendapatan yang tidak dapat menunjang kelangsungan kehidupannya (Wirakartakusumah, 1994).