Pelatihan dan pengembangan merupakan yang bermaksud memperbaiki dan mengembangkan sikap, perilaku, keterampilan, dan pengetahuan para karyawan sesuai dengan keinginan perusahaan. Proses pelatihan dan pengembangan dilaksanakan baik bagi karyawan baru maupun lama.
Melaksanakan pelatihan dan pengembangan memerlukan pengorbanan yang tidak kecil, tetapi hasil yang diperoleh jauh lebih besar. Pekerjaan akan dapat dilakukan lebih cepat dan lebih baik, kerusakan dapat diperkecil, pemborosan dapat ditekan, peralatan dapat digunakan secara lebih baik, kecelakaan dapat diperkecil dan sebagainya; ini semua merupakan keuntungan perusahaan yang dapat diperoleh dengan melaksanakan pelatihan dan pengembangan.
Secara teoritis istilah pelatihan (training) berbeda pengertian dengan pengembangan (development). Pelatihan adalah suatu proses pendidikan jangka pendek bagi para karyawan operasional untuk memperoleh keterampilan teknis operasional secara sistematis. Sedangkan pengembangan merupakan suatu proses pendidikan jangka panjang bagi para karyawan manajerial untuk memperoleh penguasaan konsep – konsep abstrak dan teoritis secara sistematis.
1. Pelatihan Karyawan Operasional
Pada umumnya pelatihan karyawan operasional bertujuan agar dapat :
1. Meningkatkan produktivitas
2. Meningkatkan semangat dan gairah kerja
3. Mengurangi kecelakaan
4. Meningkatkan kestabilan dan fleksibel organisasional.
2. Pengembangan Karyawan Manajerial
Penanganan pengembangan tenaga manajerial, yaitu yang mempunyai wewenang terhadap orang – orang lain, berbeda dengan pelatihan tenaga operasional. Ini disebabkan karena karakteristik kepribadian untuk para manajer berbeda. Diantara karakteristik kepribadian yang utama adalah pengetahuan yang luas, kemampuan mengambil keputusan, kepercayaan diri, kepekaan sosial dan stabilitas emosional. Kemampuan mengambil keputusan terdiri atas beberapa faktor – faktor kepribadian seperti kemampuan analitis, kemampuan konsepsional logis, kreativitas, intuisi pertimbangan, keberanian mempertimbangkan dan keterbukaan. Bakat – bakat manajerial penting bagi keberhasilan perusahaan. Sekurang – kurangnya para manajer merupakan penyambung komunikasi diantara berbagai komponen organisasi yang terpisah untuk memungkinkan terjadinya tindakan terkoordinasi.
Analisis Kebutuhan Pelatihan dan Pengembangan
Suatu kebutuhan pelatihan (training need) dilukiskan sebagai sesuatu yang timbul setiap saat bilamana suatu kondisi aktual berbeda dengan kondisi yang diharapkan dalam aspek manusia atau orang – orang dalam prestasi perusahaan. Lebih khusus dapat dikatakan bilaman dapat diharapkan berhasil mencapai prestasi yang diharapkan dengan perubahan – perubahan pada pengetahuan, keterampilan atau sikap orang – orang sekarang ini. Pada umumnya terdapat tiga cara menemukan kebutuhan pelatihan :
1. Survei.
2. Audit organisasi.
3. Penentuan kebutuhan individual.
1. Survei
Diumpamakan suatu masalah prestasi telah didefenisikan pada suatu kelompok khusus. Oleh karena itu, kelompok inilah yang disurvei. Mungkin perlu pelatihan bagi para penyelianya, para penerima produk jasa yang disuplai oleh kelompok tersebut, para bawahan bila ada.
a. Survei Kebutuhan Pendidikan
1. Review
2. Penentuan ruang lingkup dan pemanfaatan survei
3. Wawancara perorangan
4. Penyusunan kuesioner
5. Pelaksanaan pengisian kuesioner
6. Analisis hasil
7. Pengembangan tujuan pelatihan dan desain program
b. Survei Sikap Karyawan
Survei macam ini sering dipakai untuk memperoleh reaksi – reaksi terhadap karyawan pengawasan dan manajerial yang akan digunakan untuk mendesain program – program pelatihan manajemen. Untuk ini perlu diadakan penilaian pendahuluan. Harus diketahui lebih dahulu seberapa jauh tingkat keterbukaan ( openness ) yang di izinkan oleh perusahaan.
c. Survei Konsumen
Desain survei konsumen mengikuti pola survei – survei lain :
1. Review dari situasi yang lalu dan yang sekarang mengarah dengan penentuan tujuan survei.
2. Apakah akan menanyai mereka saja yang pada saat ini sudah menjadi konsumen atau juga mereka yang pada saat ini bukan konsumen untuk mengetahui mengapa mereka tidak menjadi konsumen dan bagaimana caranya menarik mereka itu menjadi konsumen.
d. Teknik Delphi
Teknik Delphi adalah suatu metoda yang secara sistematis meminta, mengimbau, mengevaluasi dan menyusun pendapat para ahli, biasanya dalam peramalan jangka panjang.
Cara kerja teknik delphi adalah sebagai berikut :
1. Ditanya pendapat menegenai suatu masalah khusus. Hasil – hasil statistiknya dihimpun, menunjukkan distribusi tanggapan – tanggapan, tanggapan media dan interval yang memuat tengah – tengah 50 % dari tanggapan – tanggapan.
2. hasil tabulasi tersebut diatas didistribusikan kembali kepada para responden, dengan permintaan untuk mempertimbangkan kembali jawaban – jawabannya masing – masing dan merevisinya bila dikehendaki.
3. Hasil statistik survei yang kedua ini dihimpun dan nampak hasil semakin cendrung mengarah ke media.
4. Hasil – hasil ini didistribusikan kembali untuk kegiatan kalinya dan para responden dipersilakan mempertimbangkan kembali pendapat – pendapatnya serta merevisinya bila mau.
e. Survei Masalah
Ini merupakan suatu pendekatan berfokus masalah yang mengarah kepada perencanaan program yang praktis yang ditargetkan secara khusus.
2. Audit Organisasi
Audit dapat dilakukan terhadap unit – unit organisasi perusahaan dan berfokus kepada studi tentang kegiatan, masukan, keluaran, biaya atau efisiensi dan efektifitas. Catatan – catatan operasi dan laporan – laporan diperiksa dan diverifikasi. Sistem – sistem dan prosedur – prosedur dianalisis. Kelemahan – kelemahan diungkap dan potensi – potensi perbaikan yang ditemukan sering kali bermanfaat sebagai dasar bagi perencanaan kegiatan – kegiatan pendidikan dan pelatihan.
3. Penentuan Kebutuhan Individu
Pendekatan individual ini dapat berkisar antara wawancara pribadi sampai pengamatan terhadap seseorang di dalam situasi kelompok. Hasil akhir dari metoda ini adalah terutama desain sesuatu rencana pengembangan atau suatu kegiatan bagi seseorang khusus.